Benteng Marlborough: Pengalaman Tak Terlupakan di Bengkulu

Benteng Marlborough Jujur, saya dulu nggak begitu tertarik dengan wisata sejarah. Lebih senang ngopi di tempat estetik atau cari spot foto yang hits. Tapi suatu hari, pas main ke Bengkulu, temen saya nyeletuk, “Kamu belum sah ke Bengkulu kalau belum ke Benteng Marlborough.” Nah, kalimat itu entah kenapa bikin saya penasaran.

Travel Benteng ini adalah peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara, loh. Dan katanya, bentuknya kayak kura-kura kalau dilihat dari atas. Saya langsung mikir, “Kayak apa sih rasanya jalan-jalan di dalam benteng tua peninggalan abad ke-18?” Akhirnya, saya pun mengatur jadwal buat mampir ke sana. Nggak nyangka, pengalaman ini justru jadi salah satu momen yang paling berkesan selama di Bengkulu. Alamatnya berada di Jl. Benteng, Kebun Keling, Kec. Teluk Segara, Kota Bengkulu, Bengkulu 38222

Perjalanan Menuju Lokasi yang Gampang Banget

Akses ke Benteng Marlborough gampang banget. Dari pusat kota Bengkulu, cuma butuh waktu sekitar 10 menit naik motor atau mobil. Letaknya juga dekat banget sama Pantai Tapak Paderi dan Pantai Panjang, jadi bisa sekalian main ke situ.

Waktu saya datang, suasananya adem karena angin laut cukup kencang. Jalanan menuju benteng juga mulus, dan petunjuk arah sangat jelas. Saya sempat parkir di area luar benteng yang cukup luas, lalu lanjut jalan kaki masuk ke kompleks utama.

Oh ya, tiket masuknya sangat terjangkau. Saat itu saya hanya bayar sekitar Rp5.000 aja per orang. Serius, harga segitu untuk melihat bangunan bersejarah yang megah begini tuh murah banget.

Benteng Marlborough: Keindahan Sejarah yang Masih Berdiri Kokoh

Kesan Pertama: Megah dan Mistis dalam Satu Paket

Begitu masuk ke area dalam benteng, saya langsung merinding. Bukan karena takut, tapi karena kagum. Bangunannya masih kokoh, tembok batu tebalnya menyimpan cerita masa lalu yang bikin imajinasi saya liar.

Di bagian tengah, ada tangga batu yang mengarah ke area atas benteng. Saya naik pelan-pelan, sambil membayangkan bagaimana suasana saat tentara Inggris berjaga di sana. Angin sepoi-sepoi, suara ombak dari kejauhan, dan aroma batu tua yang khas—semua itu bikin saya merasa seperti sedang melintasi waktu.

Tapi ada juga sisi mistisnya. Waktu saya lagi motret salah satu ruangan sempit di sudut benteng, kamera saya tiba-tiba ngadat. Nggak mau lebay, tapi kejadian kayak gitu bikin merinding juga sih. Untungnya, setelah keluar dari ruangan itu, kameranya kembali normal.

Menyusuri Lorong-lorong Benteng yang Penuh Cerita

Saya sengaja menyusuri setiap lorong dengan pelan, biar bisa menikmati setiap detail. Dindingnya tebal banget, sekitar 1-2 meter. Beberapa bagian sudah direnovasi, tapi masih banyak yang dibiarkan seperti aslinya.

Yang bikin saya makin kagum adalah sistem pertahanannya. Di beberapa titik, ada tempat meriam yang masih utuh. Bahkan, saya sempat duduk sebentar di salah satu sudut meriam, sambil membayangkan kalau dulu di titik itu tentara Inggris menembaki musuh dari laut.

Di tengah-tengah benteng, ada halaman terbuka yang cukup luas. Dulu, katanya tempat ini dipakai untuk apel pasukan atau penyiksaan tawanan. Ngeri ya, tapi itulah kenyataannya. Tempat ini pernah jadi saksi bisu banyak peristiwa kelam.

Pameran Mini dan Artefak Sejarah yang Menarik Banget

Di dalam beberapa ruangan benteng, ada semacam museum mini. Isinya berupa dokumen, peta, pakaian tentara, dan beberapa artefak lain dari masa penjajahan. Meski nggak terlalu besar, koleksi di dalamnya cukup informatif.

Saya belajar banyak hal di sini. Misalnya, Benteng Marlborough dibangun oleh East India Company pada tahun 1714 dan selesai sekitar 1719. Awalnya, benteng ini dipakai untuk melindungi perdagangan lada yang sangat menguntungkan saat itu. Lada Bengkulu memang terkenal kualitasnya sejak dulu.

Yang bikin saya terharu adalah melihat tulisan tangan asli dari masa penjajahan. Beberapa dokumen bahkan masih berbahasa Inggris kuno. Saya jadi kepikiran—dulu aja mereka udah mikirin strategi dagang sampai segitunya, sementara saya kadang masih mager bikin rencana bulanan.

Benteng Marlborough: Keindahan Sejarah yang Masih Berdiri Kokoh

Tips Penting Buat Kamu yang Mau Berkunjung

Nah, ini bagian penting yang harus banget saya bagikan. Kalau kamu juga penasaran dan mau ke Benteng Marlborough, berikut beberapa tips yang bisa kamu catat:

  1. Datang pagi atau sore. Suasananya lebih adem, pencahayaan juga bagus buat foto-foto.

  2. Pakai alas kaki yang nyaman. Banyak tangga batu dan jalanan kasar di dalam area benteng.

  3. Bawa air minum sendiri. Di dalam benteng nggak ada kantin, jadi lebih baik siap-siap.

  4. Jaga kebersihan. Sayang banget kalau tempat bersejarah ini rusak karena ulah pengunjung.

  5. Hormati suasana. Beberapa orang percaya tempat ini masih ‘berpenghuni’. Nggak usah takut, tapi tetap sopan, ya.

Pelajaran Berharga yang Saya Dapatkan

Jalan-jalan ke Benteng Marlborough bukan cuma soal foto-foto atau ngisi waktu liburan. Ada banyak pelajaran yang saya petik. Salah satunya, saya jadi makin sadar pentingnya menjaga warisan budaya. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?

Selain itu, saya jadi lebih tertarik sama sejarah Indonesia. Nggak semua pelajaran sejarah itu membosankan, ternyata. Ketika kita mengalaminya langsung di lapangan, rasa ingin tahunya jauh lebih besar. Bahkan, saya sampai beli buku sejarah lokal Bengkulu waktu pulang.

Dan satu hal lagi: saya jadi lebih menghargai setiap sudut kota yang saya datangi. Dulu, saya selalu cari tempat viral. Tapi sekarang, saya lebih suka mengeksplor tempat yang punya makna dan cerita.

Benteng Marlborough: Keindahan Sejarah yang Masih Berdiri Kokoh

Yuk, Kita Rawat Sejarah Bareng-Bareng!

Buat saya, Benteng Marlborough adalah bukti bahwa sejarah nggak pernah mati. Meski bangunannya tua, tapi setiap batunya menyimpan kisah yang nggak bisa kita lupakan.

Kalau kamu punya waktu dan kesempatan ke Bengkulu, saya sangat menyarankan mampir ke sini. Rasakan sendiri atmosfernya, pelajari kisahnya, dan ajak orang-orang terdekat untuk ikut merasakan keindahan sejarah Indonesia.

Karena pada akhirnya, tempat-tempat seperti ini bukan cuma buat dikenang, tapi juga buat dijaga. Jangan sampai generasi mendatang cuma bisa baca kisahnya dari buku tanpa pernah melihat langsung bentuk aslinya.
Baca Juga Artikel Berikut: Taka Makassar: Keindahan Pulau Kecil yang Menyuguhkan Keajaiban Alam Labuan Bajo 2025

Author